SURON,CO, Surabaya – Mendorong perkembangan industri semikonduktor di Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bekerja sama dengan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) menggelar International Conference on Sustainable Semiconductor Manufacturing.
Kegiatan ini melibatkan praktisi dari Indonesia, Taiwan, dan Amerika Serikat. Konferensi internasional ini diselenggarakan di Auditorium Research Center ITS, Selasa (13/8).
Menggandeng Taipei Economic and Trade Office (TETO) dan Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, konferensi tersebut mengupas tentang industri semikonduktor yang berkelanjutan untuk Indonesia.
Konferensi internasional ini turut dihadiri oleh Chief Executive Officer (CEO) TUL Corporation Ted Chen, perwakilan TETO Indonesia John C Chen, Konsul Jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Surabaya Chris Green, dan Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Ajeng Arum Sari.
Rektor ITS Bambang Pramujati melalui sambutannya memaparkan bahwa Indonesia dengan kekayaan alamnya berpotensi besar dalam produksi semikonduktor. Industri sektor ini memiliki nilai tinggi dalam peningkatan ekonomi Indonesia. “Perkembangan industri semikonduktor dapat menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketergantungan impor,” jelas lelaki yang akrab disapa BP ini.
Namun dalam perkembangan industri semikonduktor, imbuh BP, Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan. Di antaranya, yaitu kurangnya tenaga profesional dan usaha ekstra dalam proses produksi semikonduktor yang ramah lingkungan. “Diperlukan kolaborasi dengan mitra internasional, seperti Amerika Serikat dan Taiwan yang telah mapan dalam bidang tersebut,” ujar dosen Departemen Teknik Mesin ITS ini.
Sementara itu, Dekan College of Electrical Engineering and Computer Science NTUST Jenq-Shiou Leu mengungkapkan bahwa rantai industri semikonduktor di Taiwan terbentuk secara utuh. Hal tersebut didorong oleh kesadaran untuk memenuhi tingginya konsumsi produk utama semikonduktor, yaitu sirkuit terpadu atau biasa disebut chip.
Lebih lanjut, chip merupakan komponen dasar yang menjadi otak dari peralatan elektronik. Benda pipih seperti wafer tersebut menjadi kebutuhan bagi sebagian besar perusahaan teknologi.
Dengan tingginya konsumsi chip, Jenq-Shiou Leu memandang bahwa proses produksi chip memegang peranan penting untuk keberlanjutan industri semikonduktor. “Tiga tahap utama dalam produksi chip, yakni desain, pembuatan produk, dan pengujian serta pengemasan wajib untuk dilakukan,” tegasnya.
Di sisi industri, Direktur International Government Affairs Intel Corporation Anna Baweh membeberkan langkah perusahaannya untuk keberlanjutan lingkungan. Perusahaan chip semikonduktor asal Amerika Serikat ini mengurangi jejak limbah produksi dan berkolaborasi dengan konsumen serta pemasok dalam keberlanjutan lingkungan. “Langkah yang inklusif diperlukan untuk industri semikonduktor yang ramah lingkungan,” tuturnya mengakhiri.(*)