SURON.CO, Mojokerto – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memeriahkan acara Temu Lapangan dan meresmikan Rencana Implementasi Pengelolaan Tanaman Sehat (MTS) Jawa Timur di Desa Ngarjo, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Kamis (7/9).
Dimulainya Temu Lapangan dan MTS ini dimeriahkan oleh Gubernur Khofifah yang menabuh genderang bersama Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati dan Dydik Rudy Prasetya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
Untuk meningkatkan ketersediaan produk ramah lingkungan dan berkelanjutan, Program MTS bertujuan untuk menerapkan strategi pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada ekosistem pertanian. Pendekatan ini mencakup berbagai aspek seperti faktor ekologi, ekonomi, dan sosial, untuk memastikan rencana pengelolaan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Program ini berfokus pada meminimalkan gangguan tanaman melalui pengelolaan agroekosistem yang efektif di kawasan tertentu. Dengan mengadopsi pendekatan terencana dan integral, hal ini bertujuan untuk mempromosikan produksi produk ramah lingkungan yang selaras dengan prinsip-prinsip ekologi.
MTS berfokus pada berbagai aspek pertanian, termasuk perencanaan tanaman, penggunaan pupuk organik, praktik pengolahan tanah yang benar, penggunaan benih berkualitas tinggi, pengelolaan air yang efisien, dan pelestarian musuh alami seperti predator dan parasitoid. Selain itu, MTS menekankan pada observasi dan pengendalian hama.
Muksin merupakan salah satu petani Sri Rezeki menyatakan MTS merupakan salah satu program positif yang dapat meningkatkan mutu buah-buahan yang dapat menyehatkan dan mencerdaskan kehidupan generasi yang akan datang.
“Manajemen Tanaman Sehat adalah tanah tanamannya itu sehat, yang mengkonsumsi sehat, ini tidak lain merupakan harapan bangsa untuk sehat, ” kata Muksin.
Ia juga menyatakan bahwa ini merupakan suatu kehormatan karena petani dari Sri Rezeki terpilih mendapatkan bimbingan MTS dari Pemprov Jatim dan Pemkab Mojokerto
“Musuh kita itu satu kabupaten bu. Sehingga jatuh kepada Sri Rezeki.. ini merupakan suatu hal yang luar biasa bagi saya bu, ” ucapnya kepada Gubernur Jatim.
Muksin juga menyatakan sebelum adanya MTS, ia dan teman-temannya belum pernah melakukan uji test tanah
“Tapi setelah ada MTS, pencanaan-pencanaan itu kami lakukan, ” kata Muksin.
Ia mengatakan bahwa dirinya mengambil sampel 1 hektar dari 25 hektar luas tanah untuk dilakukan pengujian tanah ditebar kapur donomik sebanyak 2 ton dan itu baru bisa menjadikan tanah menjadi normal.
Sebelumnya ia dan teman-temannya membuktikan manfaat program MTS tersebut pada tanamannya yang mendapat perubahan signifikan.
“Ditambah kami mendapatkan seiko. Seiko ini merupakan daun yang fungsinya melindungi tanaman dari hama-hama yang merugikan tanaman kita, ” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi serangan tikus, Muksin dan teman-temannya melakukan proses penyebaran PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Barulah setelah 1 – 14 hari penyebaran mereka melakukan penyemprotan Ferinsa ( Fermentasi Urine Sapi )
Muksin juga mengatakan mereka membentuk kelompok pengamat yang bertugas untuk melakukan pengamatan di lapangan
“Tujuan itu bu, jangan sampai tanaman-tanaman kita diserang oleh hama, ” ungkap Muksin.
Muksin juga berharap program MTS ini dapat dikembangkan lagi oleh Pemprov Jatim dan Pemkab Mojokerto.
Gubernur Jatim menyatakan, program yang dilaksanakan di lahan seluas 25 hektar ini dapat menjadi contoh penerapan MTS di daerah lain. Pasalnya, program tersebut berhasil mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen dan menghasilkan beras Inpari 32 yang siap panen.
Khofifah meyakini pengenalan MTS menawarkan solusi praktis untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dan pestisida. Selain itu, saat ini terjadi penurunan ketersediaan pupuk bersubsidi. Selain itu, penggunaan bahan kimia dalam jangka waktu lama juga dapat menguras unsur hara dalam tanah pertanian seiring berjalannya waktu.
“Jika ingin produktivitas tanaman tinggi, maka kita harus menambah banyak pemupukan karena unsur hara tanah makin berkurang. Sedangkan pupuk bersubsidi saat ini makin berkurang. Oleh karena itu pupuk organik makin dibutuhkan, selain bisa mengembalikan ekosistem lahan, tanaman yang dihasilkan juga sehat ,” katanya.
Berdasarkan data yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi, terlihat bahwa serangan OPT kini dapat dikelola dengan lebih baik, sehingga mengurangi serangan tersebut sebesar 80%.
Secara khusus, serangan tikus telah dikendalikan sebesar 94%, serangan penggerek batang padi telah berkurang sebesar 36%, serangan hama wereng coklat telah berkurang sebesar 88%, penyakit hawar daun akibat bakteri telah berhasil diatasi sebesar 84%, dan penyakit blas telah berhasil dihilangkan sepenuhnya. dengan tingkat kendali 100%.
Selain itu, penerapan MTS (Multiple Trap System) telah menyebabkan peningkatan kepadatan populasi musuh alami secara signifikan. Faktanya, populasi ini telah tumbuh hingga lima belas kali lebih besar dibandingkan dengan praktik pengelolaan kawasan tradisional.
Dengan menggabungkan metode budidaya tanaman sehat di lokasi MTS, terdapat potensi besar untuk mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama. Diperkirakan metode ini dapat menurunkan tingkat kerugian sekitar 12%. Hasilnya, tingkat produksi secara keseluruhan juga dapat ditingkatkan secara signifikan.
Dulu, Desa Ngarjo di Kecamatan Mojoanyar kekurangan atraksi yang mampu menarik pengunjung. Namun dengan diperkenalkannya pilot project MTS oleh Dinas Pertanian Jawa Timur, Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati meyakini desa ini berpotensi menjadi destinasi wisata yang berkembang.
“Kepala desa saya harapkan juga bertanggung jawab untuk mengembangkan desa ini sebagai Desa Wisata yang berfokus pada bidang pertanian. Saya rasa ini mampu untuk dikembangkan karena sangat estetik dan punya peluang ekonomi yang luar biasa,” kata Ikfina.