Sejumlah perusahaan teknologi seperti, Google, Microsoft, Meta, dan Amazon mem-PHK ratusan ribu karyawannya dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir tercatat 150.000 pekerja di-PHK oleh perusahaan-perusahaan tech giant tersebut. Perusahaan-perusahaan ini memecat ratusan ribu karyawannya sebagai bentuk jawaban perusahaan akibat pertumbuhan ekonomi global yang menurun.
Oleh : Fahmi Alfian / Pengamat Tech-Business / Wartawan surabayaonline
SURABAYAONLINE.CO – Data dari OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yang dirilis pada November tahun lalu mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat pada 2023. OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan terjadi sebesar 2,2% saja dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 3,1%.
Namun pada kenyataannya, perusahaan-perusahaan tersebut melakukan PHK bukan semata-mata karena mereka butuh uang untuk bertahan hidup.
Ambil Google sebagai contoh. Meskipun mereka tercatat mem-PHK 10.000 lebih karyawannya, dan perusahaan induk mereka Alphabet mem-PHK 12.000 orang pekerjanya, Google dalam waktu yang hampir bersamaan melakukan investasi besar sebanyak USD 10 miliar (Rp 150 triliun) pada perusahaan artificial intelligence (kecerdasan buatan) OpenAI. CEO Google Sundar Pichai sendiri mengakui bahwa teknologi AI merupakan teknologi masa depan yang transformasional bagi kehidupan manusia.
Lantas bagaimana dengan perusahaan tech giants yang lain?
Hal berbeda terjadi pada tech giants lain seperti Microsoft, Meta, Amazon, dan Alphabet yang tercatat melepaskan lebih dari 50ribu karyawannya. Elon Musk yang beberapa waktu lalu juga terjun di dunia tech industry dengan membeli perusahaan sosial media Twitter, mengumumkan akan segera memberhentikan setengah dari staf pekerja di Twitter.
Jadi apa sebenarnya alasan tech giants ini mem-PHK begitu banyak karyawan dalam waktu berdekatan?
Mengutip dari organisasi ahli data 365 Data Science, mereka menemukan ada pola yang terbentuk dari pemecatan karyawan yang masif ini. Mereka menemukan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut melakukan pengurangan karyawan karena pandemi Covid-19 sudah mulai mereda di seluruh dunia.
Covid memang sempat menjadi “berkah” bagi perusahaan-perusahaan tersebut. Penggunaan internet dan teknologi tercatat mengalami peningkatan signifikan sejak pandemi mulai pada 2020 lalu. Alhasil, perusahaan-perusahaan ini juga melakukan rekrutmen yang cukup besar pada awal pandemi.
Namun setelah pandemi usai dan ekonomi dunia juga di ambang krisis, perusahaan-perusahaan tersebut mau tak mau harus melepaskan banyak karyawannya untuk mengurangi biaya operasional dan persiapan terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia.
Yang menarik dari apa yang ditemukan 365 Data Science adalah kenyataan bahwa nilai rata-rata waktu bekerja karyawan yang di-PHK adalah sekitar dua tahun di perusahaan-perusahaan tech giants tersebut. Hal ini menjadi rasional jika menilik bagaimana lonjakan pemakaian teknologi ini terjadi sejak Covid melanda seperti yang saya jelaskan tadi.
Namun yang cukup menarik adalah nilai rata-rata pengalaman kerja karyawan yang di-PHK tersebut justru sebesar 11,5 tahun. Hal ini dapat disimpulkan bukan hanya pekerja baru yang di-PHK, karyawan lama dengan pengalaman kerja tahunan bahkan belasan tahun pun ikut di-PHK. Hal ini menjadi masuk akal karena pekerja senior yang telah lama bergabung dengan perusahaan cenderung mendapatkan upah yang tinggi, yang mana akan menjadi beban bagi perusahaan yang sedang merampingkan budget.
Satu hal lagi yang menarik dan cukup mengejutkan adalah bagaimana proporsi pekerjaan karyawan yang di-PHK, 28%-nya berhubungan dengan HR alias human resource. Entah memang perusahaan-perusahaan tersebut menekan jumlah karyawan dengan alasan di atas tadi, atau bisa jadi karyawan-karyawan ini akan digantikan dengan “robot” AI yang bisa melakukan pekerjaan secara otomatis tanpa perlu bantuan tenaga manusia. Bahkan ada rumor yang beredar bahwa perusahaan sekelas Amazon menggunakan AI untuk mensortir dan menilai karyawannya, sehingga Amazon bisa memecat karyawan yang grade-nya rendah.
Jadi apa alasan yang sebenarnya di balik PHK-PHK ini? Perkembangan dunia tech industry ini memang sangat cepat, tak ayal jika tech giants seperti mereka ini berlomba-lomba untuk terus berinovasi. Dalam inovasi itu jika memang tenaga manusia sudah tidak dibutuhkan lagi, maka kita harus bersiap-siap untuk digantikan dengan robot. Perusahaan-perusahaan di masa mendatang nantinya akan lebih fokus mengutamakan keuntungan dan nilai valuasi perusahaan daripada mengedepankan sisi kemanusiaannya. Setidaknya untuk saat ini kita bisa sedikit bernafas lega karena alasan utama di balik PHK masif ini memang berhubungan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia yang mewajibkan perusahaan-perusahaan ini melakukan pay-cuts bahkan job-cuts. Jika sudah ada laporan lagi bahwa perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia yang sengaja mengurangi tenaga manusia untuk digantikan dengan AI dan robot, barulah kita boleh panik. Namun itu untuk kita bahas lain waktu.
Artikel ini terinspirasi, ditulis dan mengutip dengan perubahan dari artikel Forbes.com berjudul “The Real Reasons For Big Tech Layoffs At Google, Microsoft, Meta, And Amazon” oleh Bernard Marr.