SURABAYAONLINE.CO, LAMONGAN – Bupati Fadeli berharap Lamongan bisa eZero Stunting di Tahun 2020. Sebab pada tahun 2017, angka stunting di Kabupaten Lamongan mencapai 23 persen, lalu turun menjadi 14 persen di tahun 2018, bahkan semakin turun menjadi 9 persen di awal tahun 2019.
“Di akhir tahun 2019 nanti, ditargetkan turun menjadi 5 persen, sehingga pada tahun 2020 Lamongan akan Zero Stunting,” kata Fadeli dalam Safari Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di Desa Ganggangtingan Kecamatan Ngimbang, Selasa (13/8).
Meski angkanya terus turun, namun dia cukup prihatin dengan masih adanya stunting di Lamongan. Terutama karena Kabupaten Lamongan adalah penghasil ikan terbesar di Jawa Timur.
Produksi ikan Lamongan di setiap tahunnya tidak kurang dari 130 ribu ton. Namun angka konsumsi ikan hanya 45,82 kilogram per kapita per tahun.
Dia meyakini, dengan kerjasama yang baik antara masyarakat, pemerintah, TP PKK, kader posyandu dan tim medis, target zero stunting di tahun 2020 akan tercapai.
Direktur Pemasaran Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Perikanan dan Kelautan Kementrian Kelautan dan Perikanan Mahfud mengungkapkan, angka stunting di Indonesia sangat mengkhawatirkan, yakni 36 persen. Artinya tiap 3 kelahiran ada 1 bayi yang stunting.
Menurutnya, salah satu cara untuk menangani stunting yakni dengan mengkonsumsi ikan. Karena ikan mengandung protein dan omega 3, yang baik untuk mencegah stunting.
“Angka konsumsi ikan di Indonesia masih 50,69 kilogram per kapita per tahun. Ini masih jauh dari Jepang dan Korea, yang mencapai 70 kilogram per kapita per tahun”, Jelas Mahfud.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan MS Heruwidi mengungkapkan, Safari Gemar Ikan diagendakan di 23 propinsi di Indonesia. Untuk di Jawa Timur, hanya dilaksanakan di Kabupaten, Lamongan dan Sumenep. Di Kabupaten Lamongan sasarannya adalah Desa Gagangtingan dan Desa Durikedungjero Kecamatan Ngimbang serta Desa Plososetro dan Desa Paji Kecamatan Pucuk.
“Angka stunting di Desa Ganggangtingan sebelumnya 37 anak. Namun berkat kerja keras semua pihak, saat ini sudah turun menjadi 8 anak. Sedangkan di Desa Durikedungjero yang sebelumnya 36 anak stunting, saat ini turun menjadi 10 anak,” ungkap Heruwidi. (san)