SURABAYAONLINE.CO – Oleh sebab jumlah penduduknya yang besar, Indonesia yang dihuni sekitar 262 juta jiwa, butuh banyak kebutuhan pangan. Tidak hanya beras, melainkan juga butuh sayur, daging, telur, susu, kedelai, jagung dan lain-lain.
“Karena itu Indonesia butuh pejuang pangan. Kalau tidak, negara kaya sumberdaya alam ini penduduknya bisa kekurangan pangan, ” ujar Choirul Anam, SHI, Direktur PT BOSE, Selasa (2/7) di kantornya.
PT BOSE launching Senin, 1 Juli 2019 kemarin di Sidoarjo. Hadir para pejuang pangan dari Lampung, Kalimantan Selatan, Merauke (Papua).
Juga hadir perwakilan pejuang pangan dari Jabar dan Jateng. Tentu saja mayoritas pejuang pangan berasal dari Jawa Timur. Tercatat yang hadir pejuang pangan dari Blitar, Lamongan, Bojonegoro, Malang, Surabaya serta Sidoarjo.
Choirul Anam menjelaskan, PT BOSE akan menjadi fasilitator para pejuang pangan di seluruh Indonesia agar siap menjadi pendamping petani dan peternak di wilayah masing-masing. Untuk itu, pada minggu kedua bulan Oktober 2019, PT BOSE akan menyelenggarakan Training of Trainer (TOT) di Mojokerto.
Untuk acara itu, PT BOSE akan mengundang pakar pertanian, peternakan, ahli marketing dan Teknologi Informasi.
“Tidak ada cara lain, untuk memajukan petani dan peternak, maka para pejuang pangan harus dibekali ilmu yang mumpuni. Dengan demikian, mereka siap menghadapi berbagai tantangan di lapangan. PT BOSE ingin para pejuang pangan mencetak para petani dan peternak modern,” kata Choirul Anam.
Sarjana Hukum Islam lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya ini menambahkan, PT BOSE ingin petani bisa buat pupuk dan pestisida sendiri, para peternak juga bisa bisa buat pakan ternak sendiri.
“PT BOSE ingin membantu pemerintah melahirkan petani dan peternak modern sekaligus mandiri. Dengan demikian kami bisa berperan serta membantu pemerintah mencapai target swasembada pangan,” kata Choirul Anam, yang oleh para pejuang pangan dari berbagai daerah kerap dipanggil Pak Bose.
Impor Pangan
Adalah menjadi kewajiban pemerintah untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi rakyatnya. Itu sebabnya tidak ada cara lain bagi pemerintah, jika stok pangan di dalam negeri kurang, pemerintah harus impor dari luar negeri.
Padahal, menurut Choirul Anam, aneka kebutuhan pangan yang dikonsumsi bangsa Indonesia itu nilainya mencapai ribuan trilyun rupiah.
Ambil contoh beras, kalau 250 Juta penduduk Indonesia butuh 10 kg saja per tahun, stok beras yang harus tersedia adalah 2,5 milyar kilogram atau 2,5 juta ton beras. Itu artinya harus tersedia sekitar 208.330 ton beras per bulan.
“Itu baru beras. Belum daging, susu, buah dan sayur khususnya bawang merah, bawang putih. Itu tidak boleh kurang. Jangan lupa, kita pernah impor singkong dari China. Ini memalukan sekaligus menggelikan,” ujar ayah 3 anak ini.
Karena itulah, melalui PT BOSE, Choirul Anam mengajak siapa saja, khususnya para pemuda dan pemudi untuk jadi pejuang pangan Indonesia.
“Jadilah Pejuang Pangan. Karena, kalau tidak, uang ribuan trilyun rupiah hanya habis untuk impor pangan,” tegas Anam.
M. Ibrahim, dari Merauke yang hadir di acara launching PT BOSE di RM Handayani, Taman Pinang, Sidoarjo Senin sore mengatakan, dirinya tertarik dengan visi dan misi PT BOSE.
“Karena itu, sebelum kembali ke Merauke saya akan singgah ke Pontianak. Saya akan tularkan ilmu BOSE ini di Pontianak dan sekitarnya. Baru bimbing petani dan peternak di Merauke.
Sementara H. Dasuki, pejuang pangan asal Purwokerto menjelaskan, kalau kita bisa menerapkan konsep BOSE, in sha Allah petani dan peternak hidup sejahtera dan Indonesia tidak akan kekurangan pangan.
“Purwokerto itu tak jauh dari Jawa Barat. Jadi, program BOSE akan saya kembangkan juga di Tanah Pasundan,” demikian H. Dasuki. (yami wahyono)