SURABAYAONLINE.CO — Saat ide menulis buntu karena sepekan keasyikan menikmati libur Lebaran, tiba-tiba sebuah berita tentang maskapai asing China Airlines yang kabarnya membuka rute domestik, lagi viral. Awalnya saya membaca postingan seorang teman di sosial media. Kira-kira pesannya demikian “Ternyata yang lagi ramai dibicarakan beneran.” Pada postingan tersebut, juga diupload foto sebuah flight board, mungkin, di Bandara Soekarno-Hatta. Yang membuat “heboh”, pada flight tersebut ada salah satu flight schedule tertulis CI 9798 dengan destinasi Makassar.
Kode CI adalah kode resmi IATA (The International Air Transport Association) atau Asosiasi Angkutan Udara Internasional) untuk maskapai China Airlines. “Berarti benar ya Yah maskapai China sudah mulai masuk ke Indonesia dan membuka rute domestik,” kata istri saya pada kesempatan yang berbeda.
Setelah menuliskan komen pada postingan teman tadi, sambil tersenyum saya pun menjelaskan panjang lebar A-Z tentang kehebohan soal maskapai China Airlines itu kepada istri saya. Ada dua poin saja yang saya jelaskan, yaitu:
1. Codeshare Flight
Memang benar, penerbangan CI 9798 melayani penerbangan dari kota asal (origin) menuju Makassar (UPG). Tentu saja tidak direct flight ke UPG, tetapi transit di Bandara Soekarno-Hatta (CGK). Tetapi penerbangan dari Jakarta ke Makassar tentu saja tidak menggunakan maskapai yang sama saat terbang dari negara asal menuju Jakarta, tetapi dialihkan ke maskapai lain yaitu Garuda Indonesia GA 612. Pada boarding pass tiket, meskipun tujuan akhirnya adalah Makassar, tetap tertulis CI 9798.
Inilah yang disebut Penerbangan Kode Bersama (codeshare flight). Selain dengan China Airlines, Garuda Indonesia juga melakukan kerjasama codeshare flight dengan maskapai asing lain misalnya: ANA, Etihad, KLM, Korean Air, Singapore Airlines, Turkish, dan Saudi Arabian Airlines. Kalau melihat nama-nama maskapai itu, Garuda Indonesia melalukan kerjasama codeshare dengan maskapai baik dari Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, pun Timur Tengah. Kebetulan saja, Garuda Indonesia dan China Airlines tergabung dalam satu jaringan penerbangan internasional yang sama yaitu Sky Team. Seperti halnya Saudi Arabian, KLM, dan Korean Air yang juga member of Sky Team.
Kerjasama codeshare juga dilakukan dengan maskapai asing lain di luar jaringan atau aliansi yang sama seperti dengan Singapore Airlines yang tergabung dalam Star Alliance dan Malaysia Airlines yang merupakan anggota jaringan penerbangan One World. Tujuan dari kerjama Penerbangan Kode Bersama ini selain untuk menambah pendapatan dari penumpang juga untuk memperluas rute sebuah maskapai penerbangan. Jadi, flight CI 9798 tujuan Makassar adalah penerbangan internasional reguler biasa, bagian dari kerjasama codeshare Garuda Indonesia dengan China Airlines, dan tidak bisa diartikan masuknya maskapai asing pada rute-rute domestik di Indonesia.
2. China Airlines Milik Republik China
Nama “China Airlines” memang sangat sexy untuk dijadikan komoditas berita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kredibilitas dan akurasinya. Daripada menghebohkan Xiamen Airlines yang juga melakukan kerjasama Penerbangan Kode Bersama, menghebohkan China Airlines akan lebih cepat heboh dan viral. Dan memang demikian kenyataannya.
Bukannya China Airlines itu memang milik China? Benar, tidak ada yang salah. China Airlines memang milik negara China, tepatnya milik Republik China. Sekali lagi milik Republik China, tetapi bukan milik Republik Rakyat China. Maksudnya? Republik China memang tidak begitu populer sebagai sebuah nama, sebagian besar masyarakat kita lebih mengenal Taiwan. Padahal sama saja, Republik China itu ya Taiwan. Ibukotanya Taipei. Kalau Republik Rakyat China atau Republik Rakyat Tiongkok itu adalah negara China seperti yang dimaksud banyak teman dalam berbagai diskusi dan postingan di sosial media. Ibukota Republik Rakyat China adalah Beijing.
Meskipun sama-sama China, RC dan RRC, namun dua negara ini sangat berbeda. Secara politik sangat bermusuhan dan berseberangan. Republik Rakyat China berideologi politik sosialis, sementara Republik China atau Taiwan adalah negara yang menganut paham demokrasi liberal. Dan, antara kedua negara ini, seperti air dan minyak. Tidak akan pernah bisa bertemu.
Sampai kapan pun, sepertinya RRC tidak akan pernah mengakui eksistensi negara Republik China.
Dan soal Republik China, Beijing sangat sensitif. Negara-negara sahabat RRC, termasuk Indonesia, hanya boleh mengakui “Satu China”. Karena itu, tidak ada Kedutaan Besar atau kantor perwakilan diplomatik Republik China di Indonesia. Yang ada hanyalah kantor perwakilan perdagangan meski dalam praktiknya menjalankan fungsi diplomatik juga. Termasuk menjadi kantor untuk mengurus visa bagi kita yang mau berpergian ke China, ke Taiwan maksud saya.
“Jadi kalau China Airlines membuka rute domestik di Indonesia, berarti bagus itu. Negara China (RRC) pasti marah-marah dan bisa-bisa membatalkan semua proyek infrastruktur mereka di sini,” guyon saya kepada nyonya.
Lantas apa saja maskapai RRC yang juga terbang ke Indonesia? Ada beberapa seperti Air China, China Southern Airlines, dan Xiamen Airlines. Maskapai-maskapai tersebut juga memiliki kerjasama Penerbangan Kode Bersama dengan Garuda Indonesia.
Masuknya maskapai asing ke sebuah negara adalah suatu hal yang tak terelakkan. Apalagi ada kebijakan ASEAN Open Sky yang berlaku mulai 2015. Air Asia yang beroperasi di Indonesia juga adalah perusahaan Malaysia, namun untuk operasi Air Asia Indonesia (QZ) perusahaan tersebut mengakuisisi PT Air Wagon Internasional(Awair) yang pernah beroperasi dengan membuka rute-rute domestik. Tidak mau kalau dengan Air Asia, maskapai domestik Indonesia Lion Air juga melebarkan sayapnya ke negeri tetangga Malaysia dengan mendirikan dan mengoperasikan Malindo Air.
Kebijakan open sky tentu menuntut kesiapan maskapai nasional agar lebih kompetitif dan efisien dalam menjalankan operasi bisnisnya. Tentu kita bisa belajar dari jeritan maskapai-maskapai di Amerika Serikat yang rute internasionalnya habis digerogoti oleh ekspansi tiga maskapai Negara Teluk: Qatar Airways yang berpusat di Doha (DOH), Emirates yang berpusat di Dubai (DBX), dan Etihad yang bermarkas di Abu Dhabi (AUH). Dengan open sky, maskapai asing tidak saja bisa terbang dari negara asalnya menuju negara kita, tetapi juga bisa membuka rute di dalam negara kita. Menghadapi ini, semoga maskapai nasional Indonesia bisa semakin efisien, handal, dan tiketnya kompetitif (untuk tidak disebut murah).
Semoga catatan singkat ini bisa sedikit memperkaya khasanah teman-teman semua. Salam. (tofan.mahdi@gmail.com)/ foto: diambil dari akun Facebook China Airlines