SURABAYAONLINE.CO– Begadang atau kebiasaan untuk mulai tidur di larut malam nampaknya menjadi perilaku yang kian familiar. Kebiasaan ini sering dilakukan khususnya bagi pekerja shift atau pelajar yang membutuhkan waktu tambahan untuk mengerjakan tugas yang menumpuk.
Begadang telah lama diketahui memiliki banyak pengaruh negatif pada kesehatan fisik dan mental, serta dapat menggeser ritme sirkadian ( jam biologis) tubuh. Akibatnya, perilaku ini memiliki efek jangka panjang bagi tubuh dan diasosiasikan dengan berbagai penyakit seperti diabetes dan penyakit kardiovaskuler.
Namun, terdapat kabar bahagia bagi anda para night owl’yang terbiasa begadang. Studi terbaru menunjukkan bahwa kondisi fisik dan mental pasca-begadang ini dapat dipulihkan kembali melalui beberapa penyesuaian.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Sleep Medicine ini melaporkan bahwa jam biologis dapat dipulihkan kembali menjadi normal setelah periode tiga minggu. Setelahnya, seseorang akan mengalami peningkatan performa fisik maupun mental setelah terbangun, penurunan tingkat depresi dan stres, peningkatan nafsu makan, serta sanggup bangun lebih awal.
“Hasil penelitian kami mengungkap kemampuan intervensi sederhana yang bersifar non-farmakologikal untuk menggeser fase tidur para night owl, sehingga dapat mengurangi elemen negatif pada kesehatan mental dan rasa kantuk, serta memanipulasi perfromanya saat terbangun,” ujar Dr. Elise Facer-Childs, peneliti dari Monash University, dilansir dari EurekAlert, Minggu (9/6/2019).
Night owl sendiri adalah istilah yang diberikan bagi seseorang yang memiliki kebiasaan tidur larut malam, dengan awal tidur rata-rata pada pukul 2:30 dini hari dan terbangun pada 10:15 pagi hari. Kondisi ini dapat memicu berbagai permasalahan, termasuk penurunan mood serta penurunan kemampuan kognitif dan fisik.
Studi ini dilakukan dengan melibatkan 22 partisipan selama tiga minggu. Pada periode tersebut, seluruh partisipan dikondisikan untuk melakukan beberapa hal, antara lain bangun sekitar 2-3 jam lebih awal dan memaksimalkan paparan cahaya Matahari di pagi hari; tidur 2-3 jam lebih awal dan membatasi paparan cahaya di malam hari; menjaga pola tidur konsisten baik pada hari kerja maupun akhir pekan; serta melakukan sarapan sesegera mungkin dan menjaga konsistensi waktu makan. Hasilnya, terdapat peningkatan performa kognitif dan fisik, juga penurunan permasalahan kesehatan mental seperti depresi dan stres. Partisipan juga menunjukkan peningkatan selera makan dan terbiasa memiliki pola makan teratur.
“Kita ingin mengetahui apakah ada hal sederhana yang dapat dilakukan di rumah. Ternyata, hasilnya sangat membahagiakan, rata-rata partisipan dapat tidur dan bangun dua jam lebih awal dari sebelumnya,” tutur Dr. Andrew Bagshaw dari Universtity of Birmingham. Bagshaw menambahkan bahwa terdapat capaian positif pada kondisi mental partisipan, di mana terjadi penurunan tingkat stress, kelelahan, dan rasa kantuk di siang hari.
“Kita saat ini perlu memahami bagaimana kebiasaan pola tidur ini berkaitan dengan otak, serta hubungannya dengan kesehatan mental dan bagaimana dampak jangka panjangnya,” lanjut Bagshaw. Cara sederhana ini dapat diaplikasikan di mana pun oleh siapa saja. Hal ini tentunya menjadi kabar baik bagi para night owl yang terbiasa begadang untuk dapat kembali normal seperti sediakala.(*)