SURABAYAONLINE.CO-Ritual mudik yang dilakukan oleh banyak Umat Islam dinilai belum mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi bangsa secara signifikan. Sekalipun peputaran uang dari kota ke desa perjalan lancar selama satu minggu atau lebih.
Peneliti Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik J Rachbini mengakui bahwa dampak ritual mudik terhadap ekonomi masyarakat tak ubahnya seperti yang ditimbulkan oleh dunia pariwisata.
“Seperti pariwisata. Cuma domestik. Jadi makin banyak orang bepergian, perjalanan dan transportasinya kan perlu bensin. Sewa mobil, bayar kereta api, bayar pesawat, persis sama dengan wisatawan dalam negeri,” akunya saat berbincang dengan Radio Republik Indonesia melalui sambungan telepon, Minggu (9/6/2019).
Meski demikian, ditekankan ekonom senior ini, kondisi itu belum bisa mengangkat pertumbuhan perekonomian bangsa. Sebab ritual mudik hanya terjadi beberapa hari.
“Dampaknya itu selama satu Minggu terhadap 365 hari. Dia memberi dampak, tapi kan skalanya hanya selama satu minggu itu, dua minggu paling lama,” jelasnya.
“(Dampaknya) signifikan 7 hari, tidak siginifikan dalam setahun. Kecuali lebarannya 10 bulan baru punya dampak,” lanjutnya.
Perlu diketahui, pada triwulan I-2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,07 persen. Adapun target pertumbuhsn ekonomi yang ditetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 mencapai 5,3 persen.(*)