SURABAYAONLINE.CO —Otoritas Penerbangan Sipil Amerika Serikat (FAA), Minggu (2/6), mengungkap masalah baru terkait Boeing 737 Max yang telah dilarang terbang. FAA mengatakan lebih dari 300 dari pesawat bermasalah itu dan jenis 737 lain yang lebih tua mungkin menggunakan suku cadangcacat. Ditambahkannya, FAA akan mewajibkan agar suku cadang itu segera diganti.
FAA mengatakan hampir 148 suku cadang “leading edge slat” atau bilah slat yang diproduksi oleh perusahaan pemasok Boeing terdampak dan mencakup 179 pesawat jenis MAX dan 133 pesawat NG di seluruh dunia. “Slat” adalah panel-panel bergerak, yang memanjang di bagian depan sayap sewaktu lepas landas dan mendarat untuk memberikan daya dorong tambahan. Trek-treknya memandu “slat-slat” itu dan menempel ke bagian sayap.
Dalam pernyataan yang dirilis setelah pengumuman FAA itu, Boeing mengatakan pihaknya belum diberitahu mengenai adanya isu-isu terkait bilah-bilaH “slat” itu. Boeing, perusahaan pembuat pesawat terbesar di dunia, mengatakan telah mengidentifikasi 20 pesawat 737 MAX yang kemungkinan mengandung komponen cacat dan bahwa maskapai-maskapai akan memeriksa komponen di 159 MAX lainnya.
Boeing mengatakan telah mengidentifikasi 21 pesawat 737 NG yang kemungkinan besar mengandung komponen cacat dan menganjurkan maskapai-maskapai untuk memeriksa 112 NG lainnya. NG adalah pesawat 737 generasi ketiga yang dibuat perusahaan itu sejak 1997.
Meskipun kegagalan lengkap dari slat track tidak mungkin menyebabkan kecelakaan pesawat secara langsung, itu masih dapat menyebabkan kerusakan pesawat dalam penerbangan, FAA mengatakan dalam sebuah pernyataan. Bagian yang rusak bisa berpotensi rentan terhadap keausan dini atau retak.
FAA juga mengatakan akan segera mengeluarkan arahan kelaikan udara untuk mengamanatkan tindakan layanan Boeing di seluruh dunia.
Berita itu datang ketika produsen pesawat AS masih belum pulih dari skandal lain yang melibatkan 737 MAX modelnya. Semua pesawat model ini sebelumnya mendarat di seluruh dunia setelah dua kecelakaan mematikan yang dituduhkan pada sistem kontrol penerbangan yang tidak berfungsi.
Pada akhir Mei, perusahaan mengakui bahwa mereka “gagal” untuk menginstal fitur keselamatan yang dapat mencegah kedua bencana, yang menewaskan 346 orang secara total. Sejauh ini, pesawat Boeing 737 MAX tetap di-grounded karena perusahaan belum menghadirkan pembaruan peranti lunak ke FAA.
Pesawat 737 MAX, jet Boeing terlaris, dilarang terbang di seluruh dunia sejak bulan Maret menyusul kecelakaan fatal Ethiopian Airlines. Sebelumnya maskapai Lion Air juga mengalami kecelakaan serupa di Indonesia pada Oktober.
Kedua kecelakaan itu menewaskan 346 orang.(*)