SURABAYAONLINE.CO-Madura menjadi penyuplai Narkoba di Jawa Timur. Sindikat suami istri memasok 18 kg Narkoba dari Dumai (Riau). Pemasok kedua adalah sindikat Rungkut dengan jumlah empat kilogram. Demikian Kepala BNN Jatim Brigjen Pol Bambang Priambadha SH MHum saat menjadi pembicara Talshow Pencegahan Penggunaan Narkoba di Lingkungan Pekerja di RM Handayani Jemursari Surabaya, Senin (22/4).
“Baru tiga bulan ini kami sudah dapat 22 kilogram lebih tangkapan narkoba. Dua kasus yang cukup besar 18 kilogram di antaranya pengembangan dari jaringan Madura pasangan suami istri, pesan sampai Riau sana, Dumai. Yang di sana sudah mau berangkat ke Madura, Madura kita tangkap Riau juga kita tangkap. Lalu ada Mojokerto 294 gram dengan ekstasi 1503 butir,” terang Brigjen Pol Bambang, yang baru saja pindah dari BNN Sulawesi Tenggara itu.
“Saya beri penghargaan pada Bu Suharsih atas kinerja di Mojokerto yang menangkap pelaku pengedar pil ekstasi itu.
Ia juga menjelaskan peningkatan kasus cukup tajam. Setahun lalu hanya 26 kg saja. Jawa Timur menempati ranking ke dua setelah Jawa Barat, pada tingkat kerawanan peredaran narkoba.
Berdasarkan temuan ini, pihak BNNP Jawa Timur mencoba melakukan upaya masif sosialisasi bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta disamping terus soasialisasi juga di kalangan remaja.
“Sasaran ini (pekerja swasta) kita garap, supaya seimbang. Jadi selain pelajar dan pegawai ASN, juga ada pekerja swasta, harapannya ikut peran sertanya perusahaan dalam menangani kasus peredaran narkoba. Seperti Pertamina yang ikut melatih teman-teman rehabilitasi berdaya lagi dengan pelatihan vokasi bikin kedai kopi,” tambah Brigjen Pol Bambang.
Sebelumnya Moch. Satriyono, Kasi Pencegahan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur menjelaskan, peningkatan itu didapat setelah BNN RI bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan survei di 13 provinsi di Indonesia.
“Hasilnya mencengangkan. Tahun 2017 angka prevalensi 1,77 persen dan meningkat dua digit angka di tahun 2018 menjadi 2,80 persen,” jelas Satriyo saat membuka acara sosialisasi Pencegahan Penggunaan Narkoba di Lingkungan Pekerja oleh BNNP Jawa Timur di RM Taman Handayani, Senin (22/4/2019).(*)
“Sasaran ini (pekerja swasta) kita garap, supaya seimbang. Jadi selain pelajar dan pegawai ASN, juga ada pekerja swasta, harapannya ikut peran sertanya perusahaan dalam menangani kasus peredaran narkoba. Seperti Pertamina yang ikut melatih teman-teman rehabilitasi berdaya lagi dengan pelatihan vokasi bikin kedai kopi,” tambah Brigjen Pol Bambang.
Selain itu, sosialisasi kepada pekerja ini juga lantaran jumlah pengguna narkoba di kalangan pekerja meningkat sebanyak 2,10 persen.
Kecenderungan meningkat ini karena narkoba dianggap seperti doping, mereka menggunakan narkoba dengan alasan agar kuat dengan tuntutan pekerjaan. Padahal narkoba sangat berdampak kurang baik secara fisik dan kejiwaan.
Bambang menjelaskan BNNP memiliki program rehabilitasi untuk pemulihan para pengguna narkoba yang terjerumus. Dia mengakui program ini bukan berarti menyembuhkan total.
Program rehabilitasi dilakukan komprehensif dan berkelanjutan, mulai pemeriksaan awal, kondisi kesehatan fisik ada penyakit menular, kondisi keluarga dan lingkungan, penggunaan obat, pengaruh mentalnya seperti apa. Setelah diketahui baru akan ditentukan proses pemulihan.
“Kami tetap melakukan pengawasan, vokasional bagi yang belum produktif akan diberikan pelatihan. Pembuatan kopi, pin, mug, teknisi gawai, ini pelatihan vokasional bagi peserta rehabilitasi. Semua yang kami berikan gratis, makanya jika ada keluarga, teman, tetangga, siapapun yang terindikasi kami akan berikan pelayanan. Tidak usah khawatir ditangkap atau dipenjarakan,” pungkasnya.(*)