SURABAYAONLINE.CO, GRESIK – PT Petrokimia Gresik (PG) dikenal atas produksi pupuknya yang selain beragam, juga mampu menyentuh daerah daerah terpencil hampir di seluruh pelosok Tanah Air. Selain itu, kemampuan dalam teknologi PG juga dibuktikan melalui serangkaian inovasi strategis dalam beberapa tahun terakhir.
Seperti, memodifikasi pabrik pupuk NPK dari pipe reactor menjadi prenetralizer. Hasilnya luar biasa, kapasitas produksi pupuk NPK meningkat dari 300 ribu ton per tahun kini menjadi 450 ribu ton per tahun. Padahal saat ini PG memiliki 8 pabrik pupuk NPK dengan total kapasitas 2,7 juta ton per tahun, sehingga sangat layak kalau PG disebut sebagai pabrik pupuk NPK terbesar di Indonesia.
Inovasi teknologi lainnya, adalah dengan memodifikasi pabrik Pupuk SP-36 menjadi pabrik fleksibel yang juga mampu memproduksi pupuk NPK. Melalui inovasi di bidang proses produksi ini, PG berhasil mengantongi 5 Hak Paten yang diakui secara nasional bahkan dunia internasional.
Selain itu, perusahaan juga mengoptimalkan pemanfaatan energi pada sejumlah pabrik, serta menjual basic design pabrik pupuk NPK ke produsen pupuk lain dibawah PT Pupuk Indonesia Group. Hal ini sebagai bentuk dukungan PG terhadap upaya strategis holding PT Pupuk Indonesia, untuk menciptakan NPK Cluster di Indonesia demi memenuhi kebutuhan pupuk N PK yang terus meningkat.
“Langkah strategis tersebut merupakan taktik kami, dala m mendukung program transformasi bisnis yang saat ini sedang digalakkan oleh Dirut Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi. Sasaran utamanya adalah, mewujudkan di ri sebagai produsen pupuk untuk solusi agroindustri,” jelas Direktur Pemasaran PG Meinu Sadariyo.
Sementara dibidang riset produk, tambah Meinu, PG memiliki Pusat Riset dan Kebun Percobaan seluas 6 hektar dengan fasilitas riset yang cukup lengkap. Perusahaan juga melakukan diversifikasi usaha dan telah memiliki lebih dari 30 produk dari hulu hingga hilir. Mulai dari produk benih unggul, pembenahan tanah, pupuk tunggal, pupuk majemuk, pupuk organik, pupuk hayati, dekomposer, probiotik, produk olahan hasil pertanian, serta teknologi pengendalian hama.
“Untuk penguasaan produk dari hulu ke hilir, adalah upaya kami untuk bisa menjadi pemain utama, atau dominant player di Indonesia, khususnya pada bidang pertanian dan agroindustri secara umumnya,” ujar Meinu. (san)