SURABAYAONLINE.CO-Penggalian nilai-nilai yang terpendam dalam sebuah lambang Negara Indonesia, Pancasila, bukan hanya di dapatkan pada komunitas keagamaan ataupun kedaerahan, hal ini dibuktikan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), yang melakukan terobosan dengan penggalian nilai-nilai dari Pancasila di Sebuah Group Music Heavy Metal.
Jumat malam, pukul 19.00 WIB, 27 Maret 2019, dipelopori oleh Artis Senior, Trie Utami, setidaknya ada 5 Grup Musik Heavy Metal yang turut hadir saat diskusi bersama Plt. Kepala BPIP, Prof.Hariyono, yaitu; Grup Musik Jasad, Kaluman, Disinfected, Turbidity dan Gore in famous, di cafe Panas-Dalam yang terletak di Jalan Flores Kota Bandung.
Membuka dialog, Trie Utami menjelaskan bahwa ada kurang lebih 100 grup musik metal di Bandung yang bergabung dalam komunitas ‘Bandung Death Metal’. Kang Man, Vokalis grup band Jasad menambahkan bahwa di komunitas Bandung Death Metal selama ini sudah terbiasa untuk hidup saling bantu dan gotong royong. Komunitas ini memiliki dana yang disebut sebagai dana komunal. Dana tersebut dipergunakan untuk membantu anggota komunitas dalam berbagai kegiatan seperti, jika ada salah satu grup yang akan mengadakan event musik atau akan melakukan tour ke luar negeri, komunitas akan bergotong royong mengumpulkan dana untuk anggota mereka yang memerlukan.
“Komunitas kami Landasannya adalah ‘Cinta Kasih’, Semboyannya adalah kukuh dalam pendirian walaupun badan hancur tetap Pancasila dan Merah Putih. Nilai-nilai Pancasila sudah lama kami praktekkan” ujarnya.
“Di setiap melakukan tur atau manggung ke Luar Negeri, kami selalu membawa Bendera Merah Putih dan Lambang Burung Garuda untuk mereka tempatkan di atas panggung saat pentas. Di momen itulah kita punya kesempatan untuk mengharumkan Indonesia di tingkat Dunia. Grup Musik Jasad sendiri sampai saat ini sudah melakukan tur musik ke berbagai negara seperti Cekoslovakia, Inggris, Jerman, Malaysia dan Thailand” lanjutnya lagi.
Artis Senior, Trie Utami juga menjelaskan “hasil dari penjualan merchand di distro, selain dipergunakan mereka untuk kebutuhan bermusik, dana tersebut juga dipakai untuk menyalurkan bantuan bagi anak-anak korban bencana alam di berbagai wilayah. Kami juga aktif mendirikan Rumah-rumah baca bagi anak-anak agar memiliki kebiasaan membaca sejak dini.”
“Hidup berdampingan dan toleran juga sudah menjadi kebiasaan bagi komunitas heavy metal ini. kami di sini sudah biasa berkumpul dari beragam latar belakang suku dan agama, kami tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. karena menurut kami semua manusia adalah saudara, Sama-sama ciptaan Tuhan. Justru melalui perbedaan tersebut kami saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Aktifitas komunitas lainnya adalah kepedulian ami terhadap program melestarikan budaya asli Indonesia. hal diwujudkan oleh grup musik jasad dengan menggunakan pakaian adat tradisional saat manggung seperti IKET yaitu iket kepala ciri khas orang sunda dan juga alat musik tradisional seperti Karinding bambo.
Saat ini kita harus makin memperkuat tali persaudaraan dan persatuan sesama anak bangsa karena menurutnya belakangan ini ada yang senang melihat Indonesia tidak rukun. oleh karena sudah saatnya kita sesama anak bangsa untuk bisa saling isi dan saling sinergi lintas profesi yang hasil akhirnya bisa memberikan manfaat positif bagi sesama dan juga mengharumkan nama bangsa Indonesia” pungkas Kang Yuli pemain Bas grup Jasad.
Plt, Ketua BPIP, Prof. Hariyono menyampaikan rasa terima kasihnya, karena pada malam itu dapat belajar dan menemukan mutiara pancasila dari komunitas Bandung Death Metal. Sang Profesor melihat ada spirit kejayaan bangsa Indonesia di dalam diri anak-anak muda metal tersebut. Ditambah lagi ketakjubannya setelah mengetahui bahwa melihat karya-karya musik mereka sudah mendunia. (*)