SURABAYAONLINE.CO, GRESIK – Manajemen PT Petrokimia Gresik (PG) kini gencar melakukan kampanye pemupukan berimbang 5:3:2, yaitu 500kg pupuk organik Petroganik, 300kg pupuk NPK Phonska, dan 200kg pupuk Urea untuk setiap satu hektar lahan sawah.
Hal itu sebagai jawaban atas keinginan Kementerian Pertanian (Kementan), agar produsen pupuk meningkatkan produksi kualitas pupuk organik. Selain kampanye pemupukan berimbang, PG juga masih memiliki rekomendasi pemupukan berimbang untuk komoditas pertanian lainnya.
Manager Humas PG Muhammad Ihwan mengatakan, konsep pemupukan berimbang ini selalu disampaikan dalam setiap program penyuluhan dimana pada tahun 2018 PG telah melakukan 448 demonstration plot (demplot) berbagai komoditas pangan dan 1.000 lebih kegiatan sosialisasi di seluruh Indonesia.
PG, kata Ihwan, juga memiliki empat mobil Uji Tanah yang membantu petani dalam menguji tingkat kesuburan tanah agar didapat rekomendasi pemupukan yang tepat. Mobil ini beroperasi di 5 provinsi sentra pangan nasional, yaitu Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Kami telah menguji efektifitas pola pemupukan berimbang ke berbagai daerah selama kurang lebih 10 tahun terakhir, dan terbukti pemupukan berimbang mampu meningkatkan produktivtas tanaman. Untuk tanaman padi, peningkatan produktivitasnya mencapai 1-2 ton per hektar,” jelas Muhammad Ihwan.
Ihwan berharap pemakaian pupuk organik mendapat dukungan dari berbagai pihak, terutama dalam hal penyampaian informasi yang tepat mengenai fungsi dan manfaat pupuk organik dalam budidaya pertanian.
Berbagai upaya yang dilakukan PG, merupakan bentuk transformasi bisnis perusahaan sebagai produsen pupuk untuk solusi agroindustri. Yaitu sebagai perusahaan yang tidak sekedar menawarkan produk, melainkan memberikan solusi bagi sektor pertanian dan agroindustri.
“Kami mengajak berbagai pihak untuk bersama-sama mendorong penerapan pupuk organik dan pemupukan berimbang, demi menjaga lingkungan sekaligus kelestarian alam demi keberlanjutan pertanian atau sustainable agriculture di Indonesia,” tutup Ihwan. (san)