https://youtu.be/dLouchd2r1o
SURABAYAONLINE.CO – Suasana haru mewarnai sekitar 200-an anggota keluarga yang datang dari berbagai daerah di Jatim, Jateng, DKI Jakarta dan Sumatera saat mengadakan pertemuan di Desa Candi, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Minggu (3/2/2019).
Mereka adalah Bani Admowidjojo yang masih memiliki garis keturunan dari putra pertama Kiai Ageng Hohammad Besari, Tegalsari Ponorogo, yaitu Kiai Abdurrachman saat mengadakan reuni untuk pertama kalinya.
“Pertemuan ini terinspirasi dari terbentuknya group di Whatsapp (WA), yang dibuat oleh salah satu keluarga keturunan Mbah Admowidjojo. Yang kemudian anggotanya terus bertambah banyak. Hingga akhirnya diinisiasi mengadakan pertemuan ini,” kata Arkamto kepada surabayaonline.co, salah satu keturunan Admowidjojo yang berdomisili di Mlarak, Ponorogo.
Menurut Arkamto, rencana pertemuan ini dilakukan cepat tanpa ada persiapan jauh-jauh sebelumnya. Setelah grourp WA terbentuk, kemudian salah satu keluarga mengusulkan untuk diadakan kopi darat.
“Alhamdulillah, ternyata responnya cukup positif, dulur-dulur yang ada di Pulau Jawa khususnya bahkan ada yang dari Lampung juga masih menyempatkan untuk datang,” ujar Arkamto.
Terlihat dalam acara pertemuan itu langsung cair dan terlihat akrap, meskipun sebenarnya masing-masing tidak hafal atau tidak saling mengenal sebelumnya. Dan inilah momentum bersejarah dari pertemuan antar keluarga yang tidak pernah kenal sebelumnya dari Bani Admowidjojo.
Meski demikian ada beberapa di antara mereka yang sudah saling kenal sejak masa kecil dan baru kembali bertemu setelah usia mereka telah mencapai setengah abad lebih.
“Dulu saya pernah ketemu waktu kecil sekitar tahun 1976 di ajak bapak saya. Saya masih ingat betul, waktu itu saya bermain bersama dan diajak oleh Mas Widodo, Dik Tik dan Mas Gun mbakar dele (kedelai) di halaman depan rumah ini,” ujar Sugeng dari keluarga di Gempol, Kertosono, Nganjuk mengenang masa lalunya.
Sementara pertemuan sengaja diadakan di Desa Candi karena memang Mbah Admowidjojo berasal dari desa ini. Admowidjojo sendiri dulunya juga merupakan tokoh masyarakat di desa itu, konon juga merupakan Kepala Desa Pertama dan pendiri desa di Desa Candi, Mlarak, Ponorogo ini.
Bahkan rumah Admowidjojo yang telah berusia ratusan tahun lamanya masih berdiri tegak di Dusun Krajan, Desa Candi. Rumah Admowijojo terlihat masih utuh meskipun kini tidak lagi ada yang menempati.
Dusun Krajan dulunya merupakan sudut desa yang paling ramai, karena banyak anggota keluarga yang masih tinggal di kawasan itu. Namun kini, terlihat sepi, dan sejumlah rumah telah dibongkar dan kini hanya ditempati beberapa cucu Admowidjojo saja.
Sebangian besar cucu dan cicit Mbah Admowijojo meninggalkan Desa Candi kemudian telah menetap di luar kota ataupun di luar daerah maupun di luar pulau. Ini bisa dimaklumi karena Desa Candi sendiri memang merupakan desa yang kurang menjanjikan untuk penghidupan yang layak bagi mereka.
Banyak warga desa itu yang harus mencari nafkah ke luar kota, bahkan tidak sedikit yang memilih ke luar negeri untuk menjadi TKI. Sehingga desa ini, sepi karena banyak warga yang meninggalkan desanya untuk mencari nafkah di luar.
Desa Candi, Mlarak, Kabupaten Ponorogo terletak di Sebelah Timur Kabupaten Ponorogo, tepatnya 15 km ke arah Timur Kota Ponorogo. Desa ini tergolong desa yang tandus yang mengandalkan air dari tadah hujan atau mendapatkan jatah giliran pengairan dari pengairan dari Ngebel – Pulung.(*)